Pada suatu kesempatan, adik perempuanku datang berkunjung. Dia memintaku untuk menemaninya berbelanja pakaian.
Awalnya aku memang hanya sekedar menemani dia berbelanja, tetapi ketika melihat beberapa potong pakaian yang menurutku cocok untuk dipakai oleh kekasihku, aku langsung tertarik untuk membelinya. aku membayangkan masa-masa yang selalu kunantikan itu sambil tersenyum sendiri.
“untuk siapa Kak?” tanya adikku heran, melihat pakaian yang sama sekali tidak cocok untukku atau pun dirinya.
“titipan teman. tadi minta tolong belikan.” jawabku spontan. Adikku hanya mengangguk dan bergumam tidak jelas. Sepertinya dia mencium aura kebohongan pada jawabanku tadi.
Kini, barang-barang yang telah ku beli untuknya masih mengisi satu rak di dalam lemari pakaianku. Namun hari yang ku tunggu itu tak kan pernah ada. Dari pantulan cermin lemari, aku menangkap segaris sembilu pada sorot mata sayuku. harapan itu telah berlalu, menguap diredam heningnya sang waktu.
Aku menarik napas panjang. Aku sesak. Aku cair bersama sisa es krim dalam mangkuk kecil yang masih ku pegang erat, ketika kata-kata terkahirnya kembali terngiang di telingaku, “Biarkan semua berjalan seperti ini, apa adanya. Hidupmu adalah hidupmu, dan hidupku akan ku jalani sendiri. Kita tak pernah tahu takdir kita.”
Aku tahu, itu artinya tidak ada gunanya lagi aku berharap padanya. Semuanya sudah berakhir. Berakhir untuk selamanya. Tak ada ‘aku dan kamu’ lagi.
Aku sesak. Hanya bisa menarik napas panjang tiap kali aku melihatnya di kantor kami yang tidak besar ini. Sesak menahan semua rasa yang tidak lagi boleh aku paksakan padanya. Sesak tiap kali dia membicarakan urusan pekerjaan denganku. Sesak tiap kali aku mencoba bersikap sebagai ‘teman’ dengannya.
Setelah melalui hari-hari yang tidak lama namun tidak juga sebentar, dia tidak mengharapkan hubungan kami terjalin dalam bentuk apa pun. Seperti debu yang tertiup angin, musnah begitu saja. Dan aku tak mampu berbuat apa-apa selain merelakan kepergiannya.
Aku menyandarkan tubuh yang mulai terasa berat pada pintu lemari. Sampai hari menjadi gelap aku belum beranjak, masih ku tatap dengan bingung pada tumpukan barang-barang yang sudah berdebu. Tanpa pemiliknya.
No comments:
Post a Comment